Kerajaan Sriwijaya abad VII-XV M
Peta Wilayah Kekuasaan Kerajaan Sriwijaya
- Sumber Sejarah
- Berita dalam negeri
Berita-berita
dalam negeri berasal dari prasasti-prasasti yang dibuat oleh raja-raja dari Kerajaan Sriwijaya. Prasasti
tersebut sebagian besar mengguna-kan huruf
Pallawa dan bahasa Melayu
Kuno. Prasasti itu antara
lain sebagai berikut :
Prasasti Kedukan Bukit : Prasasti berangka tahun 684 M itu menyebutkan bahwa Raja Sriwijaya
bernama Dapunta Hyang membawa tentara
sebanyak 20.000 orang berhasil menundukkan Minangatamwan.
Dengan kemenangan itu, Kerajaan
Sriwijaya menjadi makmur.
Daerah yang dimaksud
Minangatamwan itu kemungkinan adalah daerah Binaga yang terletak
di Jambi. Daerah itu sangat strategis untuk perdagangan.
Prasasti Talaga Batu : Ditemukan
pada tahun 1935 di Telaga Batu, Sabukingking 2 Ilir, Palembang terdiri
dari 28 baris, dihiasi lambang
negara Sriwijaya berupa naga berkepala
tujuh digunakan untuk pelaksanaan upacara sumpah kesetian para calon pejabat yang menggunakan huruf pallawa. Kutukan raja terhadap siapa saja yang tidak taat terhadap Raja Sriwijaya dan juga melakukan
tindakan kejahatan.
Prasasti Talang Tuwo : Prasasti
berangka tahun 684 M. itu menyebutkan tentang pembuatan Taman Srikesetra atas perintah Raja Dapunta Hyang.
Prasasti Karang Berahi : berangka
tahun 686 ditemukan pada tahun 1904 di daerah
Karang Berahi, Jambi,
yang menunjukkan penguasaan Kerajaan Sriwijaya atas daerah itu. Berisi permintaan kepada para dewa yang menjaga
kedatuan Sriwijaya untuk menghukum setiap orang yang bermaksud jahat dan mendurhakai terhadap
kekuasaan Sriwijaya.
Prasasti Kota Kapur : Prasasti berangka
tahun 686 M. itu menyebutkan bahwa Kerajaan Sriwijaya berusaha untuk menaklukkan Bumi Jawa
yang tidak setia kepada Kerajaan
Sriwijaya. Prasasti tersebut ditemukan di Pulau Bangka.
Prasasti Ligor : Prasasti
berangka tahun 775 M. Ditemukan di daerah Ligor Semenanjung Malaya. Menerangkan bahwa Kerajaan Sriwijaya
(Sumatera) mendirikan sebuah
pangkalan di Semenanjung Malaya, daerah Ligor untuk mengawasi pelayaran perdagangan di Selat Malaka.
- Sumber Luar Negeri, berita asing tersebut antara lain sebagai berikut :
Berita Arab, Dari
berita Arab dapat di-ketahui bahwa banyak pedagang Arab yang melakukan kegiatan
perdagangan di Kerajaan
Sriwijaya. Bahkan di pusat Kerajaan
Sriwijaya ditemukan perkampungan-perkampungan orang-orang Arab sebagai tempat tinggal sementara Yang disebut Tashsih .
Keberadaan Kerajaan Sriwijaya juga diketahui dari sebutan orang-orang Arab terhadap Kerajaan
Sriwijaya seperti Zabaq, Sabay, atau Sribusa.
Berita India, Dari berita India dapat diketahui bahwa raja dari Kerajaan Sriwijaya pernah menjalin hubungan dengan raja-raja dari kerajaan
yang ada di India seperti Kerajaan Nalanda dan
Kerajaan Chola.
- Lokasi Kerajaan
Letak Kerajaan
Sriwijaya sendiri masih dipersoalkan hingga
saat ini. Pendapat
yang cukup populer
adalah yang dikemukakan oleh beberapa
ahli, diataranya:
G.
Coedes pada tahun 1918 bahwa pusat Sriwijaya ada di Palembang. Meskipun pendapat
ini juga problematis karena sedikitnya penemuan
arkeologis di Palembang.
J.L. Moens misalnya, merekonstruksi peta Asia Tenggara
menggunakan berita- berita Cina dan Arab menyimpulkan bahwa
Sriwijaya tadinya berpusat di Kedah, kemudian berpindah ke Muara Takus
Soekmono,
dalam pendapat lain menyampaikan Jambi sebagai lokasi yang tepat bagi pusat Sriwijaya karena lokasinya yang
terlindung karena ada di dalam teluk namun menghadap langsung ke laut lepas.
- Kehidupan Politik dan Ekonomi
Kerajaan Sriwijaya mempunyai letak yang sangat strategis, akibatnya kerjaan Sriwijaya berkembang sangat pesat menjadi kerajaan maritim yang perekonomiannya bertumpu di bidang perdangangan dan memiliki wilayah kekuasaan yang sangat luas. Perluasan wilayah kekuasaan Sriwijaya dimulai pada abad ke-7 M, ditandai dengan keberhasilanya menguasai Bangka, Jambi, Jawa Barat. Pada abad ke-8 M sudah berhasil menguasai semenanjung Malaya dan Tanah Genting Kra. Sriwijaya berkembang sampai abad ke 13, dan sejak itu Sriwijaya berhasil
ditaklukkan oleh San Fo Tsi (Swarnabhumi). Faktor yang mendorong Sriwijaya muncul menjadi
kerajaan besar adalah sebagai berikut : Letaknya yang sangat strategis di jalur perdagangan antara India dengan
Cina, Kemajuan pelayaran dan perdagangan antara Cina dan India melalui
Asia Tenggara, Runtuhnya Kerajaan
Funan di Indocina.
Dengan runtuhnya Funan memberikan kesempatan kepada Sriwijaya untuk berkembang sebagai
negara maritim menggantikan Funan, Sriwijaya
mempunyai kemampuan untuk melindungi pelayaran dan perdagangan di perairan
Asia Tenggara dan memaksanya singgah
di pelabuhan-pelabuhan .
Raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Sriwijaya, diantaranya:
Dapunta Hyang, nama Dapunta Hyang disebut dalam prasasti Kedukan Bukit ( 683 M ). Berdasarkan berita dalam prasasti Kedukan Bukit pada masa pemerintahaan Dapunta Hyang wilayah Kerajaan Sriwijaya luas, yaitu berhasil menguasai minangantamwa ( Jambi )
Balaputra Dewa, beliau berhasil membawa Kerajaan Sriwijaya mencapai masa keemasan, sehingga Kerajaan Sriwijaya berhasil menjadi kerajaan sarwajala ( Kerajaan Maritim ). Nama raja Balaputra Dewa didapat dari prasasti Nalanda yang menceritakan Raja Balaputra Dewa yang merupakan keturunan Dinasti Sailendra, yaitu putra Samaratungga dari Dewi Tara. Akibat kalah perebutan takhka dengan kaka perempuannya yaitu pramudawardhani yang menikah dengan Rakai pikatan dari dinasti sanjaya pemeluk Hindu. Balaputra Dewa lari ke daerah asal ibu nya yaitu Sriwijaya. Pada masa kekuasaanya Sriwijaya menjadi kerajaan besar yang disegani oleh kerajaan lainnya.
Sanggrama Wijayatunggawarman, Sri Maharaja Sanggrama-Vijayottungga Warmadewa atau Sanggrama Wijayattunggawarman adalah seorang raja Sriwijaya. Berdasarkan Prasasti Tanjore tahun 1030 pada Candi Rajaraja, Kerajaan Sriwijaya pernah diserang oleh Kerajaan Chola dari India yang dipimpin oleh Raja Rajendra Chola, Namun, Raja Sanggrama tidak dapat menangkis serangan tersebut. Dia pun ditangkap dan ditahan.
- Sistem Kepercayaan
penduduk Sriwijaya menganut ajaran Buddha. I Tsing, seorang pengelana dari Cina, mencatat Kerajaan Sriwijaya punya peran penting sebagai pusat pengajaran agama Buddha. Aliran Buddha yang dipelajari di Sriwijaya meliputi Mahayana dan Hinayana. Kerajaan Sriwijaya punya beberapa pemuka atau pengajar agama Buddha yang kesohor, yakni Dharmapala, Sakyakirti, dan Dharmakirti. Dharmapala pernah mengajar di Benggala (Bangladesh ), Sakyakirti adalah sosok guru besar yang menulis sejumlah kitab, termasuk Hastadandasastra.Sementara Dharmakirti adalah biksu Buddha yang punya pengetahuan luas dan merupakan salah satu biksu tertinggi di Sriwijaya.
- Keruntuhan Kerajaan
Sriwijaya mengalami kemunduraan sekitar abad ke XII, antara lain disebabkan oleh :
Serangan kerajaan medang kamulan, jawa timur dibawah raja Darmawangsa pada tahun 990 M
Serangan kerajaan Colamanda dari India pada tahun 1023 M dan 1030 M
Serangan kerajaan Majapahit tahun 1365 M
Negara-negara yang pernah ditaklukan satu per satu melepaskan diri dari kekuasaan Sriwijaya.
Komentar
Posting Komentar